Tuesday, February 2, 2010

My Eyes without You...

Biar bagaimanapun, tetapi inilah dia, kacamata sayah. Horeeee, frame kacamata sayah baruuuu... Sejak bulan kemaren tepatnya bulan bernama Desember, sudah resmi menjadi kacamata sayah, sebagai salah satu bagian dari hal yang tidak dapat sayah hidup tanpanya (..???...). Mudah-mudahan, ini juga sama, adalah kacamata yang bisa membuat sayah terhibur, melihat dan menikmati keindahan milik Sang Khaliq karena sudah melibatkan rasa suka sayah pada saat memilihnya dan membelinya (terimakasih kepada sialnya Yunnita).


Kacamata sudah menjadi bagian dari diri sayah sejak sayah ESEMPE. Sayah masih ingat, sayah sejak SD sering mengalami pusing yang teramat sangat dan sulit melihat tulisan guru di papan tulis di depan kelas. Mama dan Papa sayah sangat khawatir atas apa yang telah di alami oleh sayah dan memutuskan untuk memeriksakan sayah kepada dokter di Rumah Sakit Umum Kota Solok (sebuah kota kecil nan sangat indah di Sumatera Barat sana). Sayah masih mengingat tepatnya sayah memeriksakan mata sayah kepada dokter di RSU SOLOK itu, pada tanggal 9 September 1999 (9 – 9 – 99), tanggal yang memiliki banyak isu. Entahlah, tidak usah di ceritakan, karena capek nanti sayah menceritakannya.


Frame pertama sayah berwarna biru, biru sangat indah menurut sayah, dan sayah akhirnya menikmati memiliki sebuah kacamata. Sejak itulah kacamata menjadi bagian dari hidup sayah. Sayah lupa kerusakan mata sayah waktu itu sudah mencapai tinggat apa, yang sayah ingat sayah rabun jauh. Oh iya, left -0,75 dan right -0,50, dengan masing-masing memakai silinder -0,50. Silinder membuat sayah tidak bisa membuat garis dengan lurus. Kasihan sayah…


Sekarang, sayah telah memiliki frame baru berwarna merah. Sejak ESEMPE sayah sudah sering mengganti frame kacamata sayah akibat berbagai insiden yang mengharuskan sayah mengganti mereka. Pertama kali mengganti frame kacamata setelah 4 bulan memakai kacamata pertama sayah yang berwarna biru itu, katamata sayah TERinjak oleh teman sayah bernama Ega. Framenya bengkok dan tidak bisa di pakai karena salah satu dari mmm apa ya itu namanya, yang panjangnya itu patah. Karena takut akan dimarahi oleh mama, maka sayah berbohong kalau kacamata itu jatuh dan patah (Maafkan anakmu ini mama). Sayah juga takut Ega juga ikut dimarahi, padahal tidak. Kemudian papa sayah mengganti kacamata sayah dengan membeli di optic sebuah frame baru berwarna biru LAGI. Hooooreee, senangnya sayah waktu itu.


Frame biru yang kedua bertahan lama, namun sayah berinisiatif membeli kacamata baru lagi yang berwarna BIRU DONKER, yang lagi in saat itu. Sayah memiliki dua kacamata yang sayah banggakan. Kacamata sayah menjadi dua dan waktu itu sayah tidak memakai keduanya bersamaan, sayah hanya memakai salah satunya sajah. Pada kelas 3 ESEMPE, kerusakan mata sayah bertambah menjadi left -1,50 dan right -1,00 dengan silinder yang masih sama dengan awal sayah periksa. Diakibatkan sayah sering membaca sambil tiduran dan jarang memakai kacamata itu.

Sayah memakai kacamata sampai sayah memasuki masa SMA ha ha ha, dan ini tidak bisa dibanggakan. Di sekolah sayah yang SMA itu juga banyak yang memakai kacamata, dan sayah tidak merasa minder karenanya, namun sayah nyaris tidak lolos test awal Paskibra, sebabnya sayah ber-kacamata. *sigh


Sudahlah paskibra sayah tidak usah kalian tau, karena itu menyenangkan buat sayah dan nanti kalian iri. Sayah mengidap penyakit ‘lemotisme’ sebuah penyakit yang sulit di sembuhkan dan belum ditemukan vaksin yang membantu penyembuhan. Karena penyakit sayah ini sayah banyak mengalami insiden dengan kacamata-kacamata sayah sampai sekarang sayah di masa jadi mahasiswa (dengan perasaan bangga menulis mahasiswa). Lemotisme merupakan penyakit yang bisa menular, yang telah sayah teliti melalui riset dari teman-teman terdekat sayah yang juga ketularan penyakit ini dari sayah (maafkan sayah teman-teman). J


Insiden demi insiden terjadi dari masa SMA sayah yang menyenangkan sampai sayah menjadi mahasiswa (masih bangga). Cerita insiden pada masa SMA cukup sayah dan Tuhan sayah yang tau, karena merupakan aib juga bagi sayah. Selama menjadi mahasiswa, kacamata sayah sudah beberapa kali berganti frame dan memiliki beberapa kacamata dan berakhir dengan kedodolan dan penyakit lemotisme sayah.


Semester awal sayah kuliah, sekitar tahun 2005 (wuuuaaah, udah lama juga), sayah sedang menjalani masa-masa ospek. Sayah tidak boleh terlambat, namun sayah nyaris terlambat karena sayah kehilangan kacamata sayah. Teman sayah yang satu kost dengan sayah menemukannya di dalam bak mandi karena saat mau mandi sayah bawa-bawa itu kacamata ke kamar mandi. Nyaris saat itu juga sayah mandi memakai kacamata. Setelah beberapa saat sayah menyadari mata sayah berembun karena air yang ternyata bukan mata sayah melainkan kacamata sayah. Sayah melepasnya (kacamata sayah), dan menaruhnya di pinggir bak mandi dan akhirnya tenggelam, itulah yang ditemukan oleh teman kost sayah. (Terimakasih Tel Ilma).


Pernah juga itu kacamata sayah di duduki oleh Neu Neu teman sejurusan dengan sayah, yang merupakan klan the Sailor dan klan Syaitonirojim di antara teman-teman terdekat sayah. Waktu itu sayah telah mengalami tingkat kerusakan mata yang sudah lumayan parah dengan left -2,75 dan right -2,50 dengan silinder menjadi -0,75 untuk kedua belah mata sayah. Untungnya kacamata sayah berhasil diselamatkan, namun akhirnya kacanya jatuh dan pecah di rumah seorang mantan ketua kelas sayah bernama M. Taufan, yang dibarengi dengan keracunan sambal dua minggu yang lalu saat itu.


Suatu ketika sayah tidak memakai kacamata, dan sayah berhasil dengan bodohnya salah mengenali orang. Kejadian berlangsung di Jalan. Gegerkalong Girang. Sayah melihat seseorang dari kejauhan mirip sekali dengan teman sayah. Walau penglihatan sayah buram, sayah berniat menyapanya. Saat telah dekat sayah dengan PeDe tingkat tinggi menyapa beliau,.


Sayah: “Hei, kemana aja?”


Dia: “Eh, ada kok, kamu kemana aja?”


Beliau tampak sedikit kaget, mungkin berpikir, kenapa ada cewe cantik menyapanya (Imajinasi sayah).


Sayah: “Oh, biasa, sibuk kuliah!”


Beberapa saat menyadari kalau ternyata beliau hanya mirip sayah, dan bukan teman sayah.


Dia: “Ya udah, saya ke sana dulu ya”


Sayah: “O, iya, saya juga mau pulang”


Percakapan berakhir dan sayah menyadari baru beberapa menit setelah itu. Insiden yang diakibatkan tanpa kacamata dan penyakit lemotisme.


Kemaren, sayah mengalami insiden kehilangan kacamata kembali. Ceritanya, sayah abis melakukan ‘kegiatan panggilan alam’ yang rutin dilakukan. Sayah bermaksud sekalian wudu untuk shalat ashar. Kebetulan sayah memakai kacamata, karena akhir-akhir ini sayah tidak bisa lepas dari kacamata yang sudah menjadi bagian dari hidup sayah. Setelah wudu, maka sayah kembali ke kamar untuk shalat. Setelah shalat, sayah tidur-tiduran sambil membaca novel yang sudah sering sayah ulangi membacanya. Keanehan terjadi. Kenapa huruf di novel terlihat lebih kecil? Sayah berpikir keras. Beberapa menit sayah menyadari, sayah kehilangan kacamata dan berusaha mencari itu kacamata sayah di setiap sisi kamar sayah yang biasa sayah menyimpan itu kacamata.


Grasak-grusuk sana sini sayah tidak menemukannya. Ibu istri dari Pa RW yang menjadi saudara ipar dari yang punya kost sayah naik ke atas yang bertujuan mengambil jemuran milik beliau.


Ibu Pa RW: “Kunaon Neng?” (Kenapa Neng?)


Sayah: “Teu nanaon Bu, nuju milarian sesuatu Ibu… “ (Ga kenapa-kenapa Bu, lagi nyari sesuatu Ibu)


Ibu Pa RW: “Milarian naon kitu?” (Nyari apa gitu)


Sayah: “Kacamata sayah Bu, ga ketemu…”


Ibu Pa RW: “Nu warna beureum lain Neng?” (yang warna merah bukan Neng?)


Sayah mendadak heran, kok si ibu tau yah. O, ia, kan beliau sering lihat sayah memakai kacamata itu. Ingatan si ibu membanggakan.

Sayah: “ Iya Bu…”


Ibu Pa RW: “Asanamah Ibu tadi ningali da, sok ku Neng milariannana di cai geura, Ibu asa ningali disana (Perasaan Ibu tadi lihat kok, sama Neng di carinya di air, ibu perasaan lihat disana). Maksud beliaun di air itu di kamar mandi.


Sayah: “Wah, beneran Bu? Iyah sayah liat kesana deh”


Beliau hanya tersenyum melihat sayah sambil masuk kembali kerumahnya. Sayah turun dari kamar sayah dan menuju ke kamar mandi, ternyata si ibu memang benar, itu kacamata ada di sana. Di kamar mandi. Mungkinkah beliau menertawakan penyakit lemotisme sayah? Entahlah…


Ini dia si Merah kacamata sayah yang tersimpan di kamar mandi itu....

No comments:

Post a Comment