Postingan kali ini berbeda. Bukan review tapi hanya napak tilas bagaimana saya bisa tau dan kenal sama band The Panas Dalam dan Ayah Pidi Baiq yang katanya adalah Presiden The Panas Dalam Serikat. Rasanya pengen senyum sendiri jika ingat beberapa tahun yang lalu.
Berawal dari saya dan Unie (partner on crime saya) kost di kawasan yang sama, dan memiliki sahabat ajaib seperti Ikhsan Peryoga dan Gita Permana yang juga memiliki kost yang tidak jauh dari tempat kost kami yang mereka beri nama Goa. Goa adalah kamar kost Gita ( cowok loh) yang seperti kamar cowok lainnya, berukuran mini dan seperti goa sehingga lampu harus menyala sepanjang hari jika tidak ada jadwal kuliah.
Dikamar itu saya, Unie, Ustad (nama lain Ikhsan), Gita dan kadang ada Dian Aki sering main UNO, kadang dipaksa nonton dorama Jepang Proposal Daisakusen, yang akhirnya saya suka tapi Unie ga suka. Kadang di Goa juga ketemu Arvi pacarnya Ustad dan tidak lupa Ikhsan suka sama Wonder Girls disertai dengan dance nya.
Dikamar itu saya, Unie, Ustad (nama lain Ikhsan), Gita dan kadang ada Dian Aki sering main UNO, kadang dipaksa nonton dorama Jepang Proposal Daisakusen, yang akhirnya saya suka tapi Unie ga suka. Kadang di Goa juga ketemu Arvi pacarnya Ustad dan tidak lupa Ikhsan suka sama Wonder Girls disertai dengan dance nya.
Dan di Goa inilah saya mendengar hampir semua lagu ThePandals (singkatan dari The Panas Dalam). Gita dan Ikhsan suka datang ke acara yang penampilkan The Pandals dan mereka suka cerita banyak. Sayangnya saya dan Unie ga pernah iri. Komputer Ustad suka muterin lagu the pandals dan OST proposal daisakusen. Karena penasaran, akhirnya saya minta lagunya. Bahkan lagu yang direkam live saat The Pandals manggung. *niat*
Di kost saya putar semua lagu ThePandals. Saya jadi penasaran. Ketika saya kuliah dulu belum ada istilah "kepo". Jadi saya add facebook nya Pidi Baiq, karena penasaran juga, saya juga follow twitternya dengan akun @pidibaiq sekitar akhir tahun 2008.
Dan dari keseringan main di Goa akhirnya saya dikasih tau kalau surayah Pidi Baiq menulis buku juga. Tahun 2009 saya mulai membaca Drunkën Monster, Drunkën Molen, Drunkën Mama, dan Drunkën Marmut. Pinjem punya nya Daus Gonia, temen Ustad yang katanya juga kenal sama Ayah Pidi Baiq. Dulu pinjam karena di toko buku stock nya habis, jadi ga bisa beli, padahal ingin. Sampai akhirnya saya lulus dan kembali ke Padang, saya masih mendengarkan lagu ThePandals walaupun lagu lama, karena lagu yang baru saya tidak punya. Setelah liat di Twitter ternyata lagu ThePandals ada di blognya Ayah Pidi Baiq jadi saya dengar online.
Setelah melahirkan saya jarang ke toko buku, dan jarang online twitter. Ternyata buku Ayah Pidi Baiq udah banyak. Saya sedih ga sempat baca. Lalu ada siswa yang kasih lihat novel baru dengan judul 'Dilan' tahun 1990. Saya lihat ternyata pengarangnya adalah Surayah. Pada hari itu juga langsung k toko buku, tapi habis. Sampai akhirnya launching lagi Dilan 1991, saya masih belum kebagian. Dari twitter saya tau ada buku Milea. Karena ada siswa yang punya, maka saya pinjam lagi.
2 buku saya selesaikan dalam semalam, Dilan 1991 belum baca. Membaca Dilan, Milea, membuka memori saya tentang lagu ThePandals. Saat membaca Dilan dan Milea, didalam kepala saya seolah--olah sedang memutar lagu-lagu ThaPandals menjadi soundtrack nya. Selesai saya membaca entah kenapa saya menitikkan airmata, bukan karena kisah Dilan-Milea, bukan juga karena selesai membaca, tapi saya menangis karena saya Rindu Bandung. Bandung juga dulu menjadi bagian dari cerita saya. Rindu sahabat-sahabat ajaib saya. Bandung yang pernah membuat saya menemukan sahabat-sahabat ajaib dan mengenalkan saya pada penulis hebat seperti Pidi Baiq. Bandung membuat saya ingin kembali ke sana. Jika pernah tinggal di Bandung, maka Bandung seolah-olah akan terus memanggil untuk kembali. Bandung bukan hanya sekedar tempat saya pernah kuliah, lebih dari itu, Bandung sudah seperti Rumah, yang suatu saat saya akan singgah dan pulang kesana.
Dirgahayu Bandung
Padang, 27 September 2016
~Suci Mairozasya~
No comments:
Post a Comment