Pada
postingan kali ini saya sedikit membahas
tentang delay speech. Mengapa delay speech? Karena saya menyadari Nadheera
mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada delay speech. Awal saya mengetahui
tentang delay speech pada postingan Anji di Youtube. Ketika saya tonton
berulang-ulang dan menyadari bahwa
Nadheera mengalami hal-hal yang hampir sama dengan apa yang dialami oleh anak
Anji, Sigra. Bedanya, Nadheera sudah mengerti apa yang saya ucapkan, namun dalam
mengucapkan kata-kata masih belum sempurna untuk anak seusianya. Usia
Nadheera saat ini 2 tahun 11 bulan.
Saya
sudah mendiskusikan dengan suami, kami harus segera mengatasi hal ini. Mencari
penyebab terjadi delay speech nya nadheera, dan mencoba mencari solusi dari
masalah ini. Saya memiliki seorang rekan
kerja bidang konseling, dan mendiskusikan juga hal ini. Dia memberikan
pencerahan tanpa harus mendaftarkan Nadheera untuk terapi.
Gambar : Google
Sebelum
membicarakan solusi yang saya ambil untuk nadheera, ada baiknya kita mengetahui
apa itu delay speech. Delay Speech adalah keterlambatan bicara yang terjadi
pada anak yang kurang mendapat stimulasi
untuk berbicara. Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Penyebab gangguan bicara
dan bahasa sangat luas dan jada juga beberapa resiko yang harus kita waspadai. Cara
paing mudah mendeteksi speech delay adalah dengan membandingkan kemampuan anak
dengan anak lain seusianya. Biasanya orang tua baru ‘ngeh’ setelah anak berusia diatas 2 tahun karena membandingkan
dengan anak lain yang sebaya.
Saya
membandingkan Nadheera dengan anak teman-teman disekolah yang hampir seumuran
dengan Nadheera, bahkan ada yang lebih muda usia dari Nadheera. Pada Navya anak
dari Kak Amel rekan kerja di sekolah yang usianya lebih muda dari Nadheera
sudah mampu berbicara dan mandiri dalam beberapa hal. Hanifa, yang merupakan
sepupu nadheera usia lebih 4 bulan juga sudah mampu berbicara lancar pada usia
Nadheera sekarang. Dari hal tersebutlah saya menyadari bahwa Nadheera memang
mengalami delay speech tahap awal.
Ada
beberapa penyebab delay speech menurut Dr Widodo Judarwanto, SpA pada artikel Keterlambatan Bicara, Berbahaya atau Tidak Berbahaya
1. Gangguan pendengaran
2. Kelainan organ bicara – kelainan ini
meliputi lidah pendek (terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf “t”, “n”, dan “l”), kelainan bentuk gigi ( mengakibatkan
suarah densah seperti “f”, “v”, “s”, “z” dan “th”, dan mandibula (rahang bawah)
kelainan bibir sumbing (cleft palate) mengakibatkan penyimpangan resonansi yang
terjadi pada suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti “s”, ‘K” dan
“g”, deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring
3. Retardasi Mental – kurangnya kepandaian
seorang anak dibandingkan anak lain seusianya
4. Genetic heriditer dan kelainan kromosom
5. Kelainan sentral otak – adalah ketidak
sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan
berbahasa yang selalu lebih rendah
6. Autism
7. Muisme selektif – biasanya terlihat pada
anak berumur 3-5 tahun yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu.
8. Gangguan emosi dan perilaku lain
9. Alergi makanan
10. Deprivasi Lingkungan - dalam keaadan ini anak tidak mendapat
ransangan yang cukup dari lingkungan. Berbagai macam keadaan lingkungan yang
mengakibatkan keterlambatan bicara adalah:
a. Lingkungan yang sepi
b. Status ekonomi social
c. Teknik pengajaran yang salah – cara
berkomunikasi yang salag pada anak
d. Sikap orang tua atau orang lain di
lingkungan rumah yang tidak menyenangkan.
e. Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak
f. Anak kembar
g. Bilingual (2 bahasa)
h. Keterlambatan fungsional
Dari
beberapa penyebab diatas, saya menemukan pertama, factor lingkungan yang
menyebabkan Nadheera mengalami keterlambatan bicara. Lingkungan dirumah yang
sepi dan kebanyakan orang dewasa. Sehingga Nadheera hanya berbicara pada kami
orang dewasa dan 2 anak tetangga laki-laki yang kebanyakan main di luar. Bukannya
saya tidak mengajak Nadheera bicara, namun karena lingkungan hanya orang
dewasa, jadi perkembangan nya lambat. Kedua, nadheera mengalami keterlambatan bicara adalah
bilingual. Nadheera biasa menyaksikan video lagu berbahasa inggirs, dan video
Upin-Ipin berbahasa Malaysia, sedangkan saya dan keluarga lain berbicara
menggunakan bahasa Indonesia. Kesalahan saya dan suami adalah memperlihatkan
video tersebut sejak usia Nadheera dibawah 2 tahun. Sebab pada usia under 2 age
anak merekam, meniru dan langsung mempraktekkan. Nadheera bahkan pernah
mengucapkan beberapa kata dengan campuran Malaysia, Inggris dan Indonesia.
Pada
artikel lain saya menemukan beberapa tips untuk menstimulasi anak agar bias
memperlancar kemampuan berbicara. Saya menemukan pada artikel Tips Menstimulasi Anak Batita untuk Berbicara dan Berkomunikasi. Si penulis ternyata mengalami
hal yang sama dengan yang saya alami, bedanya adalah anak nya sudah diterapi,
dan Nadheera tidak saya terapi. Pada artikel tersebut saya menemukan ada 2
jenis terapi yang juga bias saya terapkan pada Nadheera.
1.
Terapi
Okupasi – yang melibatkan anak dalam aktivitas tertentu (bermain) yang sebenarnya
memiliki tujuan utnuk mengembangkan kemampuan kognitif, kemandirian dan
interaksinya dengan lingkungan (interaksi Sosial)
Anak dilatih untuk belajar focus karena
mampu berbicara dan berbahasa adalah hasil akhir dari kemapuan untuk
melihat/memperhatikan, mendengar, dan meniru (mengimitasi). Pada kasus
nadheera, focus adalah masalah utama. Nadheera belum mampu focus dalam 1 hal
yang dikerjakan di hadapannya. Untuk focus ada beberapa cara yang disarankan:
a. Member instruksi sederhana dengan intonasi
perlahan dan tegas.
b. Mengasah atensi, konsentrasi, konsistensi
dan ketahanan dalam aktivitas melalui bermain. Seperti memasang puzzle,
melembar bola pada keranjang, mewarnai, menggaris, menggunting kertas dan
memasukkan biji ke dalam botol kecil. Nadheera sudah pernah saya berkan puzzle
dan belum memperlihatkan kemajuan karena isi puzzle justru dijadikan mainan
lain
c. Rangkaian aktivitas berurut seperti
meletakkan kepingan puzzle pada lokasi terpisah, anak diminta untuk
mengumpulkan dan menyusun puzzle secara utuh.
Terapi ini saya praktekkan dirumah namun
belum ada perkembangan signifikan.
2.
Terapi
Wicara – cara mengajarkan anak berbicara dan berkomunikasi. Pada artikel
tersebut saya melihat bahwa ada hal sederhana yang bias kita jadikan cara untuk
mengajak anak berbicara dan bekomunikasi. Sebelumnya saya tidak menyadari dan
bahkan pernah mengabaikannya.
a. Ajaklah anak bicara sejak lahir. Bahwa
mendengarkan adalah hal pertama sebelum berbicara. Pengalaman saya: hal ini
tidak terlewatkan bahkan saya selalu mengajak berbicara walau pun tidak lama
b. Banyaklah berbicara pada anak. Beritahukan
melalui kata-kata tentang apa yang sedang kita dan anak lakukan. Pengalaman saya:
sebelum saya menyadari Nadheera mengalami delay speech, saya mengajaknya
berbicara, namun lebih banyak anak yang berbicara ‘ngoceh’ sendiri tanpa saya
luruskan kata-kata yang salah. Setelah saya membaca artikel tersebut, saya
menyadari bahwa saya harus lebih cerewet dari sebelumnya. Saya stop untuk
menggunakan gadget didepan anak agar lebih maksimal mengajak Nadheera
berbicara.
Bisa
sambil memberitahu anak barang-barang yang ada disekitar rumah, seperti kulkas,
kursi, meja, televise, karpet, piring, gelas dan lain sebagainya. Selain itu,
ceritakan apa yang sedang dilakukan anak, seperti saat berpakaian.
c. Latih atau stimulasi oral motorik dengan
mengajak berdecak, mengecap, menggumam panjang, mendesis dan lain sebagainya.
Bisa juga dengan mengajak anak bermain busa sabun
d. Bicara dengan perlahan, lihat kea rah anak,
biarkan anak mengamati gerak bibir kita, tunjukkan artikulasi yang benar,
penggal per suku kata. Jika artikulasi anak belum benar, jangan disalahkan,
melainkan berikan contoh benar. Misal anak bilang ‘busyu” tanggapi dengan ‘susu
nak’.
e. Sambil berbicara gunakan bahasa tubuh
(gesture)
f. Perpanjang atau kembangkan apa yang
dikatakan anak. Contoh, ketika anak minta makan dengan berkata ‘Minum”,
biasanya kita langsung memberikan air minum. Sebaiknya:
N
(Nadheera) : “Minum”
M
(Mami) : Nadheera mau minum? Coba bilang
ini y nak, Mi, Dheera mau minum”
Kemudian
ajak anak untuk mengikuti ucapan permintaan tadi. Pada kasus Nadheera belum
mampu mengucapkan dengan sempurna bahkan belum terlalu jelas
g. Rancang aktivitas (sebagai ssarana berbicara)
yang sesuai dengan minat dan kesenangan anak. Contoh sederhana adalah dengan
menemani anak bermain. Biasanya ketika nadheera bermain, saya melakukan
aktifitas lain seperti memasak, atau mengerjakan tugas kantor. Padahal pada
saat bermain, anak dapat belajar dan yang paling penting adalah kita sebagai
orangtua mendampingi dan mengajarkan anak dari permainan yang dimaninkan dan
dapat menambah perbendaharaan kata.
Cara
menemani anak bermain seperti pada artikel tersebut adalah:
·
Ajak
anak melihat foto keluarga, tanyakan pada anak siapa saja yang ada di foto
·
Ajak
anak melihat gambar aktivitas untuk memperkenalkan kata kerja seperti
memperlihatkan foto guru mengajar, petani ke sawah, ibu memasak didapur
·
Ajak
anak mengikuti ketukan (memori auditori)
·
Ajak
anak bermain untuk mendiskriminasikan dan mengingat bunyi (persepsi dan memori
auditori)
·
Bacakan
buku dengan suara dan artikulasi yang jelas
·
Bernyanyi
untuk anak atau ajak anak bernyanyi bersama
Gambar : Google |
·
Temani
anak menonton video yang dapat menambah perbendaharaan kata. Pengalaman saya –
saya tidak menemani nadheeera menonton video dan hanya menerima input.
Sebenarnya menemani anak menonton penting untuk menjelaskan kembali pada anak
agar anak mengerti apa yang dimaksudkan dalam video.
·
Anak
diajari berbagi dan tunda giliran
·
Libatkan
anak dalam pekerjaan rumah
·
Ajak
anak berlibur/bermain di luar rumah
·
Biarkan
anak bermain dengan anak lain dengan kemampuan bicara dan berbahsa ‘sedikit’
lebih baik darinnya (usianya relative tidak terpaut terlalu jauh)
Solusi terbaik sebenarnya adalah deteksi
dini dan mengatasi sesegera mungkin. Alhamdulillah saya cepat menyadari hal ini
dan sudah beberapa cara yang saya terapkan pada nadheera. Dahulu teman-teman
suka bilang “Perkembangan anak kan beda-beda, nanti juga bakal lancer sendiri”
tapi bagi saya adalah tidak ada salahnya segera mendeteksi dini delay speech
agar tidak memperlambat perkembangan anak pada hal lain. Selain itu positifnya
adalah saya bisa lebih dekat dan berbagi cerita dengan anak. Bisa membagi waktu
antara anak dan pekerjaan.
Daftar Bacaan:
~Suci Mairozasya~
No comments:
Post a Comment