Hari ini si sayah bersama Ninis (teman sayah) ke kampus janjian karena ada pembayaran sesuatu yang wajib dilakukan mahasiswa, termasuk si sayah. Walaupun udah termasuk tingkat akhir tetapi harus ajah. Alasannya, tanya sama rektor si sayah aja.
Si sayah melakuka pembayaran itu di salah satu bank terbesar di Indonesia di cabangnya yang terletak di Cihampelas. Bersama Ninis (Teman si sayah) berangkat naik angkot jurusan St. Hall - Lembang menuju Cihampelas. Sebenarnya bisa dilakukan di kampus, berhubung hari terakhir, kampus mendadak penuh. Makanya beralih ke cabang lain yang memungkinkan tidak antri terlalu lama. Maka di putuskan lah untuk mendatangi cabang bank yang ada di Cihampelas itu.
Kobodohan si sayah muncul ketika telah berada di lantai dua (karena teller pada bank ini terletak di lantai 2) saya mengambil slip penyetoran seperti biasa menabung. Karena seingat si sayah, saat semester sebelumnya bersama teman si sayah yang bernama Unil (Yunnita) kita menuliskan pada slip penyetorannya.
Ninis: "Jenk, masa pake slip sih, semester kemaren mah Nis langsung aja"
Si sayah: "Ah, masa? waktu sama si Unil mah pake da" sambil mengambil slip penyetoran dan menuliskan nama dan nim (Penuh kepercayaan diri yang tinggi).
Ninis pun melakukan hal yang sama walaupun merasa tidak yakin juga.
Si sayah: "Kok ga ada contohnya ya Nis?" (si sayah mulai bingung, na mendadak hilang kepercayaan diri)
Ninis: "tuh kan, ya udh ini aja dulu"( maksud ninis adalah nama dan Nim saja)
Kemudian si sayah dan Ninis memasuki barisan antri menuju teller.
Dalam hati sayah masih mempertanyakan ada apa sebenarnya. Padahal biasanya pake slip. Kalau saat itu sayah menanyakan pada orang, nanti sayah ketahuan salah, maka sayah hanya diam sajah.
Setelah mendekati teller, biar ga malu-maluin sajah, maka slip itu sayah simpan di tas, ninis ternyata juga melakukan hal yang sama dengan sayah. (Mungkin malu punya teman seperti sayah,,,,hahaha). Ternyata ninis benar, tanpa slip bisa. Baiklah ninis, lain kali sayah akan menuruti kata-katamu hey..
Tapi cerita itu hanya awalnya sajah. Ninis berniat mau membeli dompet baru. Karena dia merasa dompetnya sudah tidak sesuai dengan umurnya sekarang. Si sayah lupa menanyakan berapa umur Ninis, karena termasuk lah sensitif baginya.
Si sayah bersama dengan Ninis mengunjungi Ciwalk (Cihampelas Walk) untuk mencari dompet yang dimaksudnya Ninis. Setelah berkeliling, ninis tidak menemukan dompet yang di inginkannya. Awalnya Ninis menawarkan ke IP, namun akhirnya si sayah dan Ninis beranjak naik angkot Kalapa - Ledeng yang berwarna hijau menuju BIP di jalan merdeka.
Sampai di jalan Purnawarman, si sayah dan tentunya ninis turun dari angkot dengan mengucapkan kata 'kiri'. Hebat mantra itu, bisa langsung membuat sopir angkot memperhentikan angkotnya. Mantra yang ajaib. Si sayah dan Ninis memasuki area Gramedia yang merupakan toko buku dan bermacam-bermacam lainya yang tidak akan saya sebutkan satu persatu (banyak tauuu).
Ninis: "Crit, itu si Neu-neu bukan?"
Si sayah: "Mana?" sambil melihat ke arah yang di bilang sama Ninis
Ninis: "ITU..."
Si sayah: "Wah, gawat nis, balik yu..." sambil menarik tangan ninis.
TErlihat oleh si sayah neu-neu begitu bahagia bertemu dengan kami hey. Entah kenapa, sayah tidak akan menanyakan padanya.Males...takutnya dia senang. Sayah sempat berbincang-bincang dengan Neu-neu. Neu2 adalah yang sialnya teman si sayah juga sekelas dengan sayah di kampus. Ternyata dia memiliki janji dengan Ridwan yang biasa si sayah panggil One. One juga teman sekelas sayah. Ada apa dengan Neuneu dan One? Si sayah juga ga akan bilang.
Merasa kasian dengan ninis karena berhasrat banget pengen dompet, maka si sayah meninggalkan Neu2 dengan penantiannya menunggu One. Saat menuju pintu arah utara di Gramedia, si sayah mendengar sayup-sayup suara anak sekolah Taman Kanak-Kanak. Mereka sekitar 12 atau lebih orang. Anak TK itu menyanyikan lagu "balonku ada 5" padalah mereka belum mengerti bahwa balon itu ada 6 hey. Cobalah hitung sendiri sambil menyanyikannya.
Saat melihat anak-anak TK itu si sayah merasa, betapa bahagianya jadi mereka. Bisa bebas menyanyikan di depan pintu toko tanpa rasa malu. Kalau mereka sudah besar dan mengerti apa yang mereka lakukan apakah mereka akan malu ya?
Melihat aksi mereka mengingatkan gw akan sesuatu yang lucu saat gw TK. Begini ceritanya...
Si sayah TK di sebuah TK milik yayasan angkatan darat. TK sayah bernama TK Kutilang (Pada tahun 1995 berganti nama TK Kartika Persit Candhra Kirana). Si Sayah TK pada tahun 1992-1993. Si sayah lucu sekali saat itu. ha ha ha
Pada sekitar tahun 1992 akhir papa mendadak masuk rumah sakit, dan si sayah di rawat oleh nenek sayah. Setelah papa kembali pulang ke rumah setelah di rumah sakit selama 11 hari, sayah kembali juga ke rumah mama-papa sayah. Dari rumah nenek, si sayah di kasih uang Rp.100. Waktu itu uang segitu gede banget artinya. Nenek gw bilang "Cici bisa beli apa aja ama uang ini, simpan yah"
Bahagianya si sayah waktu itu. Jadi uang itu tidak si sayah jajan kan. Karena menurut si sayah, si sayah harus memikirkan apa yang paling penting untuk menjajankan uang yang Rp.100 itu. Sayah berangkat ke sekolah waktu itu memakai seragam berwarna hijau. Sayah membawa uang itu ke sekolah.
Yang menjadi pelanggaran pertama si sayah semasa sekolah dan menjadi sering melanggar peraturan sekolah di masa-masa sekolah yang lain nya di tinggat atas berasal dari sayah TK. Di sekolah si sayah merupakan yayasan Militer dan peraturannya lumayan ketat. Peraturannya adalah siswa TK dilarang membawa uang ke sekolah. Si sayah karena merasa punya uang dan ingin membelikan coklat untuk adik si sayah (setelah memikirkan mau di jajankan apa uang itu). Baiknya si sayah waktu itu.
Entah karena apa, saat bermain jam istirahat, si sayah tidak sadar kalau uang itu jatuh. Masuk kelas, guru si sayah yang si sayah lupa namanya (maafkan si sayah ibu) memberikan pengumuman.
Ibu Guru TK (IGTK): "Anak-anak, siapa yang merasa membawa uang ke sekolah acungkan tangan"
Siswa: ..... (diam)
IGTK: "kenapa tidak ada yang menjawab?"
Siswa: .....
IGTK: "Ya udah, mungkin bukan dari kelas kita ya... sekarang mari kita lanjutkan pelajaran...sebelumnya ayo kita nyanyi balonku ada lima ya..."
Siswa: " Iyaaaaa Bu GUruuuuuu"
Si sayah tidak menjawab waktu itu karena ada alasannya.
Karena si sayah merasa melanggar peraturan sekolah dan memilih diam dan kehilangan uang yang berharga itu dari pada di marahi guru sayah.
Ada hal-hal yang memang tidak berani di omongkan kepada orang lain. Saat TK sayah sangat menghormati guru sayah dari pada orang tua si sayah. Kejadian itu membuat si sayah berfikir harus memberitahukan kepada mama si sayah. Setelah memberitahukannya, si sayah berhasil dengan sangat di marahi. Kemudian mama datang ke sekolah dan menjelaskan kepada guru kelas si sayah. Waktu TK ternyata si sayah telah berani membuat pilihan. Lebih baik kehilangan uang yang di sayang dan di marahi oleh mama dari pada di marahi oleh guru yang sayah hormati. Baiknya sayah...
Masa TK si sayah, sayah lewati dengan bijaksana dengan tidak membawa uang lagi ke sekolah. Anak TK yang si sayah temui di Gramedia dengan santainya membawa uang Rp.10.000. TErnyata jaman udah berubah.. Bahagianya masa sayah TK. Walaupun hanya Rp.100, namun membahagiakan.
*sigh*
Si sayah melakuka pembayaran itu di salah satu bank terbesar di Indonesia di cabangnya yang terletak di Cihampelas. Bersama Ninis (Teman si sayah) berangkat naik angkot jurusan St. Hall - Lembang menuju Cihampelas. Sebenarnya bisa dilakukan di kampus, berhubung hari terakhir, kampus mendadak penuh. Makanya beralih ke cabang lain yang memungkinkan tidak antri terlalu lama. Maka di putuskan lah untuk mendatangi cabang bank yang ada di Cihampelas itu.
Kobodohan si sayah muncul ketika telah berada di lantai dua (karena teller pada bank ini terletak di lantai 2) saya mengambil slip penyetoran seperti biasa menabung. Karena seingat si sayah, saat semester sebelumnya bersama teman si sayah yang bernama Unil (Yunnita) kita menuliskan pada slip penyetorannya.
Ninis: "Jenk, masa pake slip sih, semester kemaren mah Nis langsung aja"
Si sayah: "Ah, masa? waktu sama si Unil mah pake da" sambil mengambil slip penyetoran dan menuliskan nama dan nim (Penuh kepercayaan diri yang tinggi).
Ninis pun melakukan hal yang sama walaupun merasa tidak yakin juga.
Si sayah: "Kok ga ada contohnya ya Nis?" (si sayah mulai bingung, na mendadak hilang kepercayaan diri)
Ninis: "tuh kan, ya udh ini aja dulu"( maksud ninis adalah nama dan Nim saja)
Kemudian si sayah dan Ninis memasuki barisan antri menuju teller.
Dalam hati sayah masih mempertanyakan ada apa sebenarnya. Padahal biasanya pake slip. Kalau saat itu sayah menanyakan pada orang, nanti sayah ketahuan salah, maka sayah hanya diam sajah.
Setelah mendekati teller, biar ga malu-maluin sajah, maka slip itu sayah simpan di tas, ninis ternyata juga melakukan hal yang sama dengan sayah. (Mungkin malu punya teman seperti sayah,,,,hahaha). Ternyata ninis benar, tanpa slip bisa. Baiklah ninis, lain kali sayah akan menuruti kata-katamu hey..
Tapi cerita itu hanya awalnya sajah. Ninis berniat mau membeli dompet baru. Karena dia merasa dompetnya sudah tidak sesuai dengan umurnya sekarang. Si sayah lupa menanyakan berapa umur Ninis, karena termasuk lah sensitif baginya.
Si sayah bersama dengan Ninis mengunjungi Ciwalk (Cihampelas Walk) untuk mencari dompet yang dimaksudnya Ninis. Setelah berkeliling, ninis tidak menemukan dompet yang di inginkannya. Awalnya Ninis menawarkan ke IP, namun akhirnya si sayah dan Ninis beranjak naik angkot Kalapa - Ledeng yang berwarna hijau menuju BIP di jalan merdeka.
Sampai di jalan Purnawarman, si sayah dan tentunya ninis turun dari angkot dengan mengucapkan kata 'kiri'. Hebat mantra itu, bisa langsung membuat sopir angkot memperhentikan angkotnya. Mantra yang ajaib. Si sayah dan Ninis memasuki area Gramedia yang merupakan toko buku dan bermacam-bermacam lainya yang tidak akan saya sebutkan satu persatu (banyak tauuu).
Ninis: "Crit, itu si Neu-neu bukan?"
Si sayah: "Mana?" sambil melihat ke arah yang di bilang sama Ninis
Ninis: "ITU..."
Si sayah: "Wah, gawat nis, balik yu..." sambil menarik tangan ninis.
TErlihat oleh si sayah neu-neu begitu bahagia bertemu dengan kami hey. Entah kenapa, sayah tidak akan menanyakan padanya.Males...takutnya dia senang. Sayah sempat berbincang-bincang dengan Neu-neu. Neu2 adalah yang sialnya teman si sayah juga sekelas dengan sayah di kampus. Ternyata dia memiliki janji dengan Ridwan yang biasa si sayah panggil One. One juga teman sekelas sayah. Ada apa dengan Neuneu dan One? Si sayah juga ga akan bilang.
Merasa kasian dengan ninis karena berhasrat banget pengen dompet, maka si sayah meninggalkan Neu2 dengan penantiannya menunggu One. Saat menuju pintu arah utara di Gramedia, si sayah mendengar sayup-sayup suara anak sekolah Taman Kanak-Kanak. Mereka sekitar 12 atau lebih orang. Anak TK itu menyanyikan lagu "balonku ada 5" padalah mereka belum mengerti bahwa balon itu ada 6 hey. Cobalah hitung sendiri sambil menyanyikannya.
Saat melihat anak-anak TK itu si sayah merasa, betapa bahagianya jadi mereka. Bisa bebas menyanyikan di depan pintu toko tanpa rasa malu. Kalau mereka sudah besar dan mengerti apa yang mereka lakukan apakah mereka akan malu ya?
Melihat aksi mereka mengingatkan gw akan sesuatu yang lucu saat gw TK. Begini ceritanya...
Si sayah TK di sebuah TK milik yayasan angkatan darat. TK sayah bernama TK Kutilang (Pada tahun 1995 berganti nama TK Kartika Persit Candhra Kirana). Si Sayah TK pada tahun 1992-1993. Si sayah lucu sekali saat itu. ha ha ha
Pada sekitar tahun 1992 akhir papa mendadak masuk rumah sakit, dan si sayah di rawat oleh nenek sayah. Setelah papa kembali pulang ke rumah setelah di rumah sakit selama 11 hari, sayah kembali juga ke rumah mama-papa sayah. Dari rumah nenek, si sayah di kasih uang Rp.100. Waktu itu uang segitu gede banget artinya. Nenek gw bilang "Cici bisa beli apa aja ama uang ini, simpan yah"
Bahagianya si sayah waktu itu. Jadi uang itu tidak si sayah jajan kan. Karena menurut si sayah, si sayah harus memikirkan apa yang paling penting untuk menjajankan uang yang Rp.100 itu. Sayah berangkat ke sekolah waktu itu memakai seragam berwarna hijau. Sayah membawa uang itu ke sekolah.
Yang menjadi pelanggaran pertama si sayah semasa sekolah dan menjadi sering melanggar peraturan sekolah di masa-masa sekolah yang lain nya di tinggat atas berasal dari sayah TK. Di sekolah si sayah merupakan yayasan Militer dan peraturannya lumayan ketat. Peraturannya adalah siswa TK dilarang membawa uang ke sekolah. Si sayah karena merasa punya uang dan ingin membelikan coklat untuk adik si sayah (setelah memikirkan mau di jajankan apa uang itu). Baiknya si sayah waktu itu.
Entah karena apa, saat bermain jam istirahat, si sayah tidak sadar kalau uang itu jatuh. Masuk kelas, guru si sayah yang si sayah lupa namanya (maafkan si sayah ibu) memberikan pengumuman.
Ibu Guru TK (IGTK): "Anak-anak, siapa yang merasa membawa uang ke sekolah acungkan tangan"
Siswa: ..... (diam)
IGTK: "kenapa tidak ada yang menjawab?"
Siswa: .....
IGTK: "Ya udah, mungkin bukan dari kelas kita ya... sekarang mari kita lanjutkan pelajaran...sebelumnya ayo kita nyanyi balonku ada lima ya..."
Siswa: " Iyaaaaa Bu GUruuuuuu"
Si sayah tidak menjawab waktu itu karena ada alasannya.
Karena si sayah merasa melanggar peraturan sekolah dan memilih diam dan kehilangan uang yang berharga itu dari pada di marahi guru sayah.
Ada hal-hal yang memang tidak berani di omongkan kepada orang lain. Saat TK sayah sangat menghormati guru sayah dari pada orang tua si sayah. Kejadian itu membuat si sayah berfikir harus memberitahukan kepada mama si sayah. Setelah memberitahukannya, si sayah berhasil dengan sangat di marahi. Kemudian mama datang ke sekolah dan menjelaskan kepada guru kelas si sayah. Waktu TK ternyata si sayah telah berani membuat pilihan. Lebih baik kehilangan uang yang di sayang dan di marahi oleh mama dari pada di marahi oleh guru yang sayah hormati. Baiknya sayah...
Masa TK si sayah, sayah lewati dengan bijaksana dengan tidak membawa uang lagi ke sekolah. Anak TK yang si sayah temui di Gramedia dengan santainya membawa uang Rp.10.000. TErnyata jaman udah berubah.. Bahagianya masa sayah TK. Walaupun hanya Rp.100, namun membahagiakan.
*sigh*
No comments:
Post a Comment